Perkembangan teknologi hasil karya anak bangsa, mungkin itu yang kita cita-citakan. Dulu jamannya pak BJ Habibi bisa membuat pesawat terbang, kita begitu bangga meskipun sampai sekarang kita belum tahu kualitas pesawat tersebut. Meskipun begitu kita bangga akan buatan dalam negeri, tapi ada juga yang berkomentar "halah itukan 80% suku cadangnya import juga" nah lo emang kenapa klo suku cadang import ?
Hal ini juga yang menghambat berkembangannya mobil nasional macam Bimantara dan Timor terlepas masalah politik yang ada, menurut saya barang buatan Indonesia tidak harus 100% suku cadang atau spare part nya dari Indonesia. Contohnya perusahaan penerbangan Airbus, perusahaan yang bersaing keras dengan saudara tuanya boeing adalah produk eropa yang tidak semua komponennya di ciptakan sendiri, bahkan bisa dibilang 90% lebih komponenya di sub-kontraktorkan. Bahkan kalau tidak salah bagaian sayapnya pernah juga di order dari PT Dirgantara Indonesia.
Kalau melihat dari kasus di atas maka sebenarnya yang kita butuhan adalah mengemas komponen-komponen terpisah tersebut (yang bukan produk kita) selanjutnya merakitnya dan memasarkannya. Dengan memasarkannya saja kita sudah bisa mengklaim itu adalah buatan Indonesia, so tidak usah lah kita mempersoalkan berapa persen komponen itu buatan local. Kalau memang kita tidak bisa membuat komponen tersebut dan di negara lain ada yang bisa membuat dan murah, kenapa kita tidak beli saja.
Jadi di jaman modern ini, justru merk dan nama lebih diharga, dikenal dan di hormati dari pada kita masih meributkan masalah berapa persen komponen lokal dari barang tersebut, so menurut anda setuju tidak ??
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Mungkin buat negara luar memang cocok, tetapi buat negara kita yang serba ada mengapa tidak kita pake bahan lokal...
ReplyDeleteMasalahnya yg sering terjadi itu kita menjual barang mentahnya saja... misalnya jual kayu... coba diolah menjadi perabot atau barang2 yang lain pasti meningkat daya belinya...
Tetapi memang kalau bener2 ga bisa ya barulah kita pake bahan dari luar.
Lha pesawat aja bisa bikin sendiri kok, kenapa mobil gak bisa? Yang jadi masalah kan kita sendiri... apakah kita mau pake mobil bikinan lokal? Motor lokal ada lho? Apakah kita mau pake motor lokal? Atau masih memilih motor Jepang?
Kemungkinan kita bilang begini "Lha mau gimana lagi, barang kita kualitasnya ga ada." Trus produsen motornya bilang "Bagaimana bisa berkualitas kalau kita tidak punya dana, pembeli saja tidak ada."
weleh....
ReplyDeleteserba salah lak kayak gitu...
tetep cinta produk dalam negeri aja ah...
produk cina (selain elektronik) sudah terlalu banyak.. untuk kerajinan, kualitasnya sebetulnya nggak bagus2 amat, seperti tas, baju, sepatu, payung. masih lebih bagus barang lokal. sekarang untuk barang2 semacam itu, saya cenderung pilih lokal daripada bikinan cina. kalau gadget kayak hape, ya susah juga.. isinya kebanyakan kan bikinan cina.. :D
ReplyDeleteLha saya malah nggak mikir komponen buatan mana ? Yang penting saya masih berusaha menggenapi cita-cita saya buat punya mobil Panther hehhehe
ReplyDeleteSalam bentoelisan
Mas Ben
setuju mas, tapi lebih baik komponen dari luar negerinya gak lebih dari 50% agar disangka gak terlalu niru, dan juga ciri khas dari suatu produk itu dapat tercermin. :)
ReplyDeletemenurut gw produk Indonesia itu produk yang diciptakan putra-putri Indonesia yang bekerja di Indonesia dan memasarkannya dari Indonesia. barangnya juga dituliskan 'Made In Indonesia'.
ReplyDeletekurang lebih... panjang amat yak? :D hhehee
yang penting produk indonesia harus kita hargai dan junjung tinggi mas.. toh itu kan juga buat bangsa kita sendiri ;D
ReplyDeletetapi kalau komponennya dari dalam negeri, pastinya bakal lebih membanggakan kang. kan bahan lokal juga skg udah bisa bersaing. sekalian memberdayakan usaha dalam negeri. just my opinion. CMIIW.
ReplyDeleteSaya setuju sekali Mas...
ReplyDeleteSemua bisa sambil jalan.
Kalau nunggu semua siap, kapan sampainya?.
Pokoknya bertahap menuju sempurna.
Memulai itulah yg terpenting.
mau bahan lokal 5% nggak apa, tapi segera start
briliant itulah otak bisnis
ReplyDeletekunjungan balik ;)
ReplyDeletewalau bagaimanapun saya tetap bangga, karena memang bagaimanapun yang mem-finishing tetap putra putri terbaik bangsa, meskipun suku cadang atau bahan mentahnya berasal dari berbagai macam bangsa.
salam satu jiwa :D
benernya nggak masalah sih import
ReplyDeleteyang penting kalo lokal supportnya musti harusnya lebih oke dari produk luar yang branded
lah bahan baku ada tapi untuk ngolah ternyata alatnya cukup mahal dan lagi ternyata buruh indo suka demo :)
modal cukup besar kalo mo ngolah bahan sendiri ke jadi walaupun hanya awalnya tapi untuk prospek indonesia lom bisa jalan mana sekarang listrik malah harus ngirit ;)
emg gak masalah kalo import, tapi alangkah baiknya kalo 100% Indonesia. :iloveindonesia
ReplyDelete